Bangun Kemandirian Siswa Dalam Belajar |
Oleh : Ade Supriadi |
![]() |
Hasil akhir dari proses pembelajaran siswa tercermin dalam laporan hasil belajar siswa atau dalam buku raport setiap akhir kegiatan semester ganjil maupun saat kenaikan kelas, ketercapaian hasil belajar terlihat dari nilai yang tertulis baik berupa angka, huruf maupun deskripsi dari setiap mata pelajaran, Nilai-nilai tersebut meliputi penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dari proses belajar siswa sesuai dengan tingkatnya. Seorang guru dalam melakukan penilaiannya kepada siswa tidak hanya dalam bidang akademik saja melainkan melakukan penilaian non akademik, untuk itu penyusunan perencanaan penilaian, pemberian informasi kriteria penilaian termasuk kriteria ketuntasan Minimun (KKM), penerapan teknik, bentuk dan jenis penilaian menjadi prosedur wajib yang harus dilakukan oleh guru, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami dalam proses pencapaian hasil belajarnya. Terkadang, siswa diliputi rasa cemas dan penuh ketakutan serta perasaaan was-was menghadapi setiap ulangan bahkan dalam menghadapi Ujian Nasionalpun tak sedikit siswa dibuat stress, khawatir tidak lulus dan nilai yang diperolehnya rendah. Tidak adanya rasa percaya diri yang tertanam pada siswa menjadi beban tersendiri bagi siswa dan juga bagi gurunya. Kondisi demikian dimungkinkan terjadi bila proses pembelajaran tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah membangun sikap dan mental siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar, membangun kemandirian siswa dalam belajar bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, dalam PP. no 19 tahun 2005 pasal 19 (1) berbunyi Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, sehingga muncullah beragam model pembelajaran seperti PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif , menyenangkan) dan PAIKEM. Terlebih seiring dengan pemberlakuan kurikulum 2013 kemandirian belajar siswa dipertajam dengan pola Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran, Perubahan pola pembelajaran yang tidak lagi berpusat kepada guru, merupakan tuntutan pada siswa agar lebih aktif dan mandiri. Tuntutan siswa menjadi lebih mandiri dalam kegiatan belajar mendorong siswa tidak lagi bergantung kepada guru yang selama ini selalu “ memberi Tahu” , akan tetapi siswa akan mencari “Tahu Apa” untuk mengetahui dari aspek pengetahuannya, kemudian “Tahu Bagaimana” dari aspek keterampilannya terakhir “ Tahu Mengapa” untuk mengetahui dari aspek sikapnya. Semuanya akan terwujud apabila seorang siswa lebih produktif, kreative, inovatif, dan tingginya rasa keingintahuan yang lebih mendalam yang mendorong motivasi siswa untuk menguasai materi pembelajaran sesuai kompetensinya. Perlu adanya kebebasan bagi siswa untuk berimprovisasi, mencari serta menemukan beragam cara menumbuhkembangkan sikap dan mental mandiri sehingga peranan guru sedikit demi sedikit berkurang dan sebagai gantinya sikap aktif dan mandiri akan tercermin dalam diri siswa. Kemandirian tak akan muncul dengan sendirinya perlu dibina dan dipupuk semenjak dini. Faktor lingkungan seperti faktor keluarga, masyarakat, teman, sekolah dan juga faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri menjadi kunci dalam proses pembentukan sikap mandiri tersebut.
Kemandirian belajar siswa diperlukan selama proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar kelas, misalnya sebelum proses belajar berlangsung bisa saja tanpa ada perintah dari guru , dengan sendirinya siswa yang mandiri akan mempersiapkan materi pelajarannya minimal sesuai dengan himbauan mendikbud Anies Bawesdan yang mewajibkan 15 menit sebelum pelajaran dimulai siswa wajib baca buku atau setelah proses belajar siswa mandiri ini aktif dengan pembahasan materi yang sudah diajarkannya. Siswa mandiri bukanlah menjadi sosok yang egois yang belajar untuk kepentingan sendiri akan tetapi sebaliknya siswa yang mandiri merupakan sosok yang bertanggung jawab, bisa bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain karena siswa mandiri akan terus berupaya untuk menambah pengetahuan atau keterampilannya guna menunjang kompetensinya bahkan akan terus berupaya akan selalu mencari jalan keluar bila ada permasalahan baik dalam pelajaran maupun persoalan yang timbul diluar pelajaran. Kebiasaan bergantung kepada teman, orang tua, lingkungan sedikit demi sedikit harus dikurangi, peran guru dalam menyikapi permasalahan tersebut adalah menyusun perencanaan yang tepat meliputi strategi belajar, model pembelajaran bahkan metode belajar harus menjadi pertimbangan yang matang dan terencana sesuai dengan kondisi yang dihadapi baik aspek siswa itu sendiri maupun mata pelajaran atau kompetensi yang diajarkannya, seringkali beragam pola yang dibuat guru tersebut terkadang tidak bisa digeneralisir begitu saja dan cocok untuk semua siswa yang diajarnya. Peran guru dalam upaya menimbulkan kemandirian siswa dalam belajar adalah membuang jauh-jauh pembelajaran yang konvensional metode ceramah guru sering kali mendominasi dalam setiap kegiatan belajar dikelas dan mengganti dengan cara belajar yang lebih efektif dengan keterlibatan yang aktif dari siswa, perlu dipahami gaya mengajar guru biasanya menjadi pengaruh besar keberhasilan para siswanya. Interaksi antar guru dan siswa, kesempatan mengemukan pendapat , ingin tampil berbeda dengan teman lainnnya, keinginan untuk bertanya dan lain sebagainya merupakan proses awal dari suatu kemandirian, dan kemandirian siswa akan berbeda dengan siswa lainnya. Jika kemandirian siswa dalam belajar tercipta maka proses belajar dan pencapaian hasil belajar akan semakin baik dan berkualitas. Sumber Gambar : www.informasi pendidikan.com |